Tidak Ada Alasan Tidak Mendukung Jokowi
Sebelum anda membaca artikel ini, saya hanya ingin menekankan jika ini hanyalah berdasarkan opini saya. Ini bukan black campaign or anything else. Ini murni pendapat pribadi saya.
Untuk kalian para jurnalis, pekerja seni ataupun rakyat biasa sepertinya tidak ada alasan untuk tidak memilih Jokowi, karena apa, karena dirinya pro terhadap kalian semua. Aneh menurut saya jika ada jurnalis atau pekerja seni yang mendukung pihak sebelah. Kenapa begitu aneh, ya mungkin karena pihak sebelah tidak menawarkan apapun untuk kalian para jurnalis atau pekerja seni. Malah mungkin menawarkan hal-hal yang akan merenggut kebebasan berekspresi kalian.
Apakah kalian ingat masa berakhirnya rezim Soeharto? kemana aktifis-aktifis kita yang notabenenya ditakuti penguasa, sebut saja Wiji Thukul salah satunya. Dirinya sekarang entah kemana, jasadnya pun belum diketemukan jikalau ia sudah wafat. Ia menghilang begitu saja. Dan apakah kalian bisa menebak siapa pelakunya? :)
Maka dari itu menurut saya aneh jika ada pekerja seni atau jurnalis ataupun mereka yang hanya rakyat biasa untuk pro terhadap orang yang punya dosa publik di masa lalu. Yang masih mempunyai hutang pertanggung jawaban atas tindakannya dimasa lalu.
Tidak boleh dipungkiri jika waktu pertama isu pilpres saya mendukung pihak nomor 1, saya kira dirinya sangat tegas dan mungkin bagus untuk memimpin Indonesia. Tapi yang saya lihat ternyata berbeda, Prabowo bukan tegas tetapi ambisius. Menurut saya pribadi, sikap ambisius itu berbahaya. Dan orang yang berbahaya tidak boleh dipercaya. Mungkin bagus untuk ambisius di jalur positif, tetapi saya tidak melihat itu di Prabowo. Bukannya menjelek-jelekan tetapi memang begitu kenyataannya. Dia ambisius di suatu hal yang saya lihat ada di jalan yang negatif.
Anak muda, jurnalis dan pekerja seni garis besarnya menginginkan kebebasan berekspresi, benar bukan? kebebasan berekspresi dalam menulis tanpa takut diculik, kebebasan berekspresi dalam membuat syair dan lirik tanpa takut dipenjara, ataupun kebebasan berekspresi dalam menuangkan tinta diatas kanfas tanpa takut dihilangkan.
Seharusnya kalian para anak muda, jurnalis dan pekerja seni untuk mengambil sikap MENOLAK LUPA!
Menolak lupa untuk segala-galanya dimasa lalu dan jangan sampai itu terulang kembali.
Jokowi menawarkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak diberikan oleh calon presiden ataupun presiden-presiden yang pernah berkuasa dahulu. Setidaknya menawarkan kepercayaan jika seorang sipil bisa menjadi presiden. Ada berapa anak kecil di negeri tercinta kita ini yang bercita-cita ingin menjadi presiden dan itu hanya bualan semata jika dirinya sudah mendewasa nanti. Tapi nanti ketika Jokowi bisa menjadi presiden. Jikalau ada anak kecil yang masih bercita-cita menjadi presiden, mungkin dengan bangga orangtua nya akan berkata "kelak kau akan menjadi presiden nak, seperti pak Jokowi". Itu salah satunya, kepercayaan jika rakyat biasa bisa menjadi presiden.
Hal lain yang saya lihat yang ditawarkan oleh Jokowi ialah kepercayaan akan harapan, harapan untuk membawa Indonesia kearah yang lebih baik. Mungkin dia tidak sempurna, tetapi memang manusia tidak sempurna bukan. Jokowi menawarkan harapan-harapan yang harus kita percaya itu akan terwujud nantinya. Jika ada yang bicara kepada saya, "Prabowo juga memberi harapan", dengan tegas saya pasti akan menjawab jika Prabowo tidak memberi harapan, yang saya lihat Prabowo memberi kecaman. Saya tidak ingin hidup dikelilingi kecaman dikelilingi rasa takut. Saya ingin hidup aman, begitupun kalian bukan?
Pak Jokowi saya yakin mengerti betul masalah yang dihadapi Indonesia, karena dia pernah menjadi rakyat biasa, pernah menjadi rakyat kecil, dia tahu apa yang harus dibenahi apa yang harus dikerjakan jika ia terpilih nanti karena dirinya sangat paham apa yang terjadi dibawah. Maka dari itu tidak ada alasan untuk tidak mendukung Jokowi.
Dan jika ada seseorang berkata jika "Jakarta aja belum beres, ini mau pimpin Indonesia". Saya akan lantang berkata, "Apakah anda lihat Solo? sekarang Solo jadi bagus sekali lho. Apakah Jakarta belum beres? ya memang Jakarta belum beres, tetapi saya tidak egois, saya tidak ingin hanya Jakarta yang beres, tetapi saya ingin Indonesia yang beres, bukan hanya Jakarta".
Salam dari Birudalam. Selamat malam :)
Untuk kalian para jurnalis, pekerja seni ataupun rakyat biasa sepertinya tidak ada alasan untuk tidak memilih Jokowi, karena apa, karena dirinya pro terhadap kalian semua. Aneh menurut saya jika ada jurnalis atau pekerja seni yang mendukung pihak sebelah. Kenapa begitu aneh, ya mungkin karena pihak sebelah tidak menawarkan apapun untuk kalian para jurnalis atau pekerja seni. Malah mungkin menawarkan hal-hal yang akan merenggut kebebasan berekspresi kalian.
Apakah kalian ingat masa berakhirnya rezim Soeharto? kemana aktifis-aktifis kita yang notabenenya ditakuti penguasa, sebut saja Wiji Thukul salah satunya. Dirinya sekarang entah kemana, jasadnya pun belum diketemukan jikalau ia sudah wafat. Ia menghilang begitu saja. Dan apakah kalian bisa menebak siapa pelakunya? :)
Maka dari itu menurut saya aneh jika ada pekerja seni atau jurnalis ataupun mereka yang hanya rakyat biasa untuk pro terhadap orang yang punya dosa publik di masa lalu. Yang masih mempunyai hutang pertanggung jawaban atas tindakannya dimasa lalu.
Tidak boleh dipungkiri jika waktu pertama isu pilpres saya mendukung pihak nomor 1, saya kira dirinya sangat tegas dan mungkin bagus untuk memimpin Indonesia. Tapi yang saya lihat ternyata berbeda, Prabowo bukan tegas tetapi ambisius. Menurut saya pribadi, sikap ambisius itu berbahaya. Dan orang yang berbahaya tidak boleh dipercaya. Mungkin bagus untuk ambisius di jalur positif, tetapi saya tidak melihat itu di Prabowo. Bukannya menjelek-jelekan tetapi memang begitu kenyataannya. Dia ambisius di suatu hal yang saya lihat ada di jalan yang negatif.
Anak muda, jurnalis dan pekerja seni garis besarnya menginginkan kebebasan berekspresi, benar bukan? kebebasan berekspresi dalam menulis tanpa takut diculik, kebebasan berekspresi dalam membuat syair dan lirik tanpa takut dipenjara, ataupun kebebasan berekspresi dalam menuangkan tinta diatas kanfas tanpa takut dihilangkan.
Seharusnya kalian para anak muda, jurnalis dan pekerja seni untuk mengambil sikap MENOLAK LUPA!
Menolak lupa untuk segala-galanya dimasa lalu dan jangan sampai itu terulang kembali.
Jokowi menawarkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak diberikan oleh calon presiden ataupun presiden-presiden yang pernah berkuasa dahulu. Setidaknya menawarkan kepercayaan jika seorang sipil bisa menjadi presiden. Ada berapa anak kecil di negeri tercinta kita ini yang bercita-cita ingin menjadi presiden dan itu hanya bualan semata jika dirinya sudah mendewasa nanti. Tapi nanti ketika Jokowi bisa menjadi presiden. Jikalau ada anak kecil yang masih bercita-cita menjadi presiden, mungkin dengan bangga orangtua nya akan berkata "kelak kau akan menjadi presiden nak, seperti pak Jokowi". Itu salah satunya, kepercayaan jika rakyat biasa bisa menjadi presiden.
Hal lain yang saya lihat yang ditawarkan oleh Jokowi ialah kepercayaan akan harapan, harapan untuk membawa Indonesia kearah yang lebih baik. Mungkin dia tidak sempurna, tetapi memang manusia tidak sempurna bukan. Jokowi menawarkan harapan-harapan yang harus kita percaya itu akan terwujud nantinya. Jika ada yang bicara kepada saya, "Prabowo juga memberi harapan", dengan tegas saya pasti akan menjawab jika Prabowo tidak memberi harapan, yang saya lihat Prabowo memberi kecaman. Saya tidak ingin hidup dikelilingi kecaman dikelilingi rasa takut. Saya ingin hidup aman, begitupun kalian bukan?
Pak Jokowi saya yakin mengerti betul masalah yang dihadapi Indonesia, karena dia pernah menjadi rakyat biasa, pernah menjadi rakyat kecil, dia tahu apa yang harus dibenahi apa yang harus dikerjakan jika ia terpilih nanti karena dirinya sangat paham apa yang terjadi dibawah. Maka dari itu tidak ada alasan untuk tidak mendukung Jokowi.
Dan jika ada seseorang berkata jika "Jakarta aja belum beres, ini mau pimpin Indonesia". Saya akan lantang berkata, "Apakah anda lihat Solo? sekarang Solo jadi bagus sekali lho. Apakah Jakarta belum beres? ya memang Jakarta belum beres, tetapi saya tidak egois, saya tidak ingin hanya Jakarta yang beres, tetapi saya ingin Indonesia yang beres, bukan hanya Jakarta".
Salam dari Birudalam. Selamat malam :)
Comments
Post a Comment