Empat Bulan
Ya, aku telah menjadi psikopat.
Bertanya tentang dirinya dan menyembunyikan diriku sebenarnya.
Aku menelanjangi diriku di aksara ini.
Bukan di bincang dengan temannya.
Aku malu memperlihatkan diriku yang seperti lilin di depan mereka.
Tapi apa daya, aku hanyalah seekor manusia yang hanya bisa mengumpat diantara kata.
Jika aku bisa definiskan rasaku untuknya.
Nafaslah kata yang sempurna.
Aku bisa saja berhenti dan tiada jika ia menginginkannya.
Dan paradoksnya, aku bisa seperti oksigen yang sombong karena bisa membuatnya hidup dan melangkah.
Tanpa ia sadari dirinya menjadi tirani.
Sifat yang kubuat karena buai.
Aku mungkin lemah.
Mungkin kamu tahu.
Tapi apa dayaku yang ikut meleleh dengan menatap mata saja.
Binar rona retina yang menyala membuatku buta.
Aku pikir solar plexus ini tidak pernah bergetar jika dihadapnya.
Tapi ternyata geraknya sangat hebat hingga aku tidak bisa merasa.
Apa kamu tahu, sayang?
Kamu adalah bulan yang selalu aku lihat sepanjang hari.
Teruntukmu, nafas, sang rembulan yang selalu memperindah hariku.
Semoga semesta membisikanmu betapa jernihnya diriku.
Comments
Post a Comment