Imagination Like a Knife


"The true sign on intelligence isn't a knowledge but imagination", Albert Enstein. Itu lah yang menjadi pedoman hidup untuk saya. Dimana imajinasi adalah salah satu unsur utama saya dalam bertahan hidup, untuk mencari penghasilan dan juga membuat karya pribadi. Imajinasi untuk sebagian orang, khususnya orang-orang yang berada di sekeliling saya, ialah hal yang tidak penting, tetapi untuk saya, dari sinilah saya bisa mencapai apa yang saya inginkan. Imajinasi bisa membuat orang sadar menjadi gila, dan membuat orang gila menjadi sadar. Saya sangat percaya akan hal tersebut.

Sentuhan jiwa dalam aplikasi. Imajinasi adalah citra nirwana yang saya torehkan pada layer-layer design yang saya buat. Imajinasi bersifat tentative, kadang datang, kadang hilang. Kadang mengalir deras bak Niagara, kadang kering bagai got-got Jakarta.

Bagi saya, pisau adalah personifikasi dari imajinasi dalam bentuk fisik. Tajam jika terus diasah, dan pastinya akan tumpul jika selalu di pakai. Dan itu lah yang terjadi pada saya saat ini dimana saya merasakan titik dimana saya tidak bisa membuat sesuatu. Tidak merasakan ketajaman akan pisau yang saya punya. Tidak bisa memotong "daging" yang seharusnya saat ini sudah bisa dihidangkan di restoran-restoran ternama.

Apa yang saya butuhkan? rehat sejenak untuk mengasah kembali pisau ini dan mencoba teknik-teknik baru agar pisau ini lebih tajam daripada sebelumnya. Yaa, saya berada di titik jenuh dimana di setiap hari saya hanya terpaku didepan aplikasi yang tadinya saya sangat bahagia berada di hadapannya dan seakan sekarang menjadi musuh besar bagi saya jika menghadapinya.


Comments

Popular posts from this blog

Star Tetrahedron

LOST