2K

BBM baru aja naik 2 ribu rupiah dan itu membuat banyak masyarakat mengeluh. Tetapi ada yang aneh dari masyarakat yang mengeluh itu. Rata-rata dari mereka ialah orang kelas menengah ke atas.

Sampai gue nulis artikel ini, gue belum dengar tentang orang yang berpenghasilan rendah mengeluh soal ini. Lalu kenapa mereka (orang-orang kelas menengah ke atas) pada mengeluh?

Ada cerita lucu tentang hal ini. Gue suka ngopi dan suka alkohol. Dan gue tahu banyak dari kalian pun begitu. Dan lucu ketika menemukan orang yang mengeluh tentang naiknya harga BBM bersubsidi di tengah kedai kopi ternama atau di tengah bar & lounge. Mereka mengeluhkan tentang 2 ribu rupiah didepan caffeine yang seharga 45 ribu segelasnya atau didepan seloki alkohol yang seharga 100 ribu.

Ini lucu bukan dimana mereka memperbincangkan hal tersebut didepan liquid yang harganya jauh lebih mahal? Tentu lucu.

Gue baru mendapat pencerahan ketika gue menenggak seloki jäger di depan gue. Mereka mengeluh karena menurut mereka. Kenaikan hal tersebut buruk karena bisa mengurangi jatah kafein atau alkohol mereka. Dalam kata lain, mereka gue anggap miskin diantara kemewahan mereka.

Bukan miskin jasmani tetapi rohani. Bukan persoalan Tuhan tapi. Miskin dimana mereka tidak memikirkan orang-orang yang lebih membutuhkan dana pengalihan tersebut dibanding hanya untuk menjadi bahan bakar mobil-mobil mereka yang super mewah tersebut.

Gue termasuk orang yang sederhana, tapi mulai dari 2 bulan yang lalu semua kendaraan gue udah gak memakai BBM bersubsidi. Bukan karena perihal gaya atau apa. Tapi perihal gue mempunyai mental kaya. Mungkin motor gue jelek tapi seenggaknya lebih baik daripada fortuner atau alphard yang memakai BBM bersubsidi.

Kalimat terakhir untuk penutup artikel ini. Jika kalian menganut hidup yang premium, harusnya kalian malu jika masih memakai premium.

Selamat malam, salam dari Birudalam.

Comments

Popular posts from this blog

Star Tetrahedron

LOST