Goddess
Pagi ini sang dewa cahaya sangat bersemangat menerangi Jakarta. Dan saya masih tersudut biru di suatu ruang. Tersudut karena datangnya burung pos membawa pesan yang membangkitkan sesuatu yang sudah hampir terkubur rapih di dalam solar plexus ini.
Malu rasanya untuk membuka selimut dan berdiri menantang hari. Malu karena mengira saya sudah kuat untuk berdiri sendiri dan ternyata belum. Fragmen yang baru saja saya sudahi cukup memberi efek yang mendalam. Ya mungkin seperti lebam.
Goddess, menyesal memang sifat pecundang. Tapi izinkan saya menjadi memilikinya sekarang. Saya tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah saya perbuat. Tapi saya menyesal karena dia tidak pernah percaya.
Love and life will find their way
Comments
Post a Comment