Posts

Showing posts from April, 2015

(Mungkin) Cuma Tuhan Yang Tahu

Setiap ham berhak untuk berubah kearah yang lebih baik. Setiap jiwa bebas menentukan jalan pilihannya tanpa di dogma apapun oleh makhluk sekitarnya. Tapi seberapapun berubah, ada keputihan jiwa yang bersenggama dengan ketulusan yang menghasilkan keikhlasan. Ikhlas untuk memberikan segalanya, ikhlas untuk menjalankan segalanya. Ini baik (mungkin) dan ini buruk (mungkin). Jiwa ini terlalu bersih. Hingga (mungkin) cuma Tuhan yang tahu jika tulus itu masih berdiri tegak di relung jiwa yang tidak pernah gelap akan dendam. Semoga jiwanya tahu ada ham kecil disini yang rela berdarah dan bernafas hanya untuk senyumnya. Amin.

UNDERDOG!

Guru terbaik adalah.. Diri sendiri. Mungkin salah tapi seenggaknya itu yang ada di pikiran gue detik ini. Bicara memang gampang tp prakteknya yang susah. Sering beri advice ke orang belum tentu dirinya tinggi dan bisa melakukan advice yang dia berikan. Ini serius. Ada beberapa orang yang gagal untuk melakukan advice nya sendiri. Sekali lagi, ngomong gampang, prakteknya susah. Sekarang, detik ini, gue mempraktekan apa yang udah pernah gue camkan dulu. "Better to conquer yourself than winning a thousand battles". Itu adalah kutipan dari mahkluk yang gue kagumi, Buddha. Detik ini gue sedang ingin ngalahin diri gue sendiri. Ngalahin ego yang udah gue buat. Ngalahin gengsi yang begitu tinggi. Dan gue harap dapet apresiasi dari apa yang gue lakukan. Bukan apresiasi yang berlebihan. Cukup senyum dan lihat apa yang gue lakukan. Gue akan tunduk dan menjadi underdog. Bukannya enak untuk direndahkan? Ya, memang.  Saat ini, rendahkan gue karena besok gue ingin berdiri tegap. Saat ini, bi...

Di Senja Ku Menyerah

Apakah kamu liat sore tadi? Bukankan itu definisi dari indah Bagaimana dengan senyuman perpisahan sang dewa api tadi? Bukankah itu definisi dari senja Apakah kamu tahu? Dewa api tidak pernah memberikan senyuman perpisahan Apakah kamu tahu? Jika dia tidak pernah terlambat menyinari kita setiap pagi Dan dia selalu tepat janji Jika jingga disebut senja Abu-abu akan kusebut lama Dan bagaimana dengan merah? Ya aku jujur, aku menyerah Diri ini yang sombong akan jiwa Diri ini yang angkuh untuk tidak pernah merasakan senyawa Banyak monyet diluar sana mewarnai dinding perbatasan Dinding yang membatasi kita Untuk sekedar sapa dan sedikit berkata-kata Tapi tolong lubangi dinding itu Sedikit saja Dan lihat diri ini sedang berjuang Berjuang untuk menghancurkannya Jika diri ini terlihat angkuh kemarin Mari saling menunduk dan berpikir Ini semua bukan akhir Sejujurnya, benteng yang kubuat sedemikian rupa dari dulu hancur berantakan sore tadi Ku malu diantara para raja Karena ku menyerah di senja

Bungkam dan Tikam

Hari ini semesta mengajarkan gue 1 hal lagi tentang hidup. Jika kita harus memandang rata semua pribadi di dunia ini. Tidak ada yang ditinggikan tidak ada yang direndahkan. Yang ada hanya balas budi. Jika mereka loyal, kita harus bayar juga dengan loyal. Tapi jika kita ditusuk, tusuk balik. Semesta mengajarkan bagaimana cara hidup dengan cara hitam hari ini. Bungka yang harus bungkam, tikam apa yang harus ditikam. Hidup terlalu pendek hanya untuk diinjak-injak. Mulai hari ini saya tahu, mana yang harus dipegang tangannya dan diajak berlari dan mana yang harus diludahi. Sentil apa yang harus disentil, pukul apa yang harus pukul, makan apa yang harus dimakan. Jangan salah mengartikan dan memperlakukan orang, itu intinya. Hidup? Terlalu pendek hanya untuk direndahkan. Berdiri dan tunjukan!