Desepsi
Jujur, semakin mempelajari suatu hal, semakin banyak percabangan pertanyaan yang ada di otak. Semakin tinggi juga tingkat ketidak-percayaan dari logika yang tidak setuju dengan persepsi maupun fakta khalayak tentang hal itu. Saya berpikir, tidak tahu apapun mungkin lebih baik daripada tahu segalanya.
Jika kebanyakan orang menjadi arogan ketika sok mengetahui segalanya. Lain hal dengan saya disini. Saya selalu menanamkan sifat keraguan atas apapun yang ada di dunia ini, apapun. Mempunyai sifat curious bagi banyak orang adalah kelebihan. Tetapi untuk saya ini kekurangan. Dimana setiap menemui suatu hal, langsung timbul banyak pertanyaan di otak yang gila ini. Tentang segala hal seperti religion, science atau apapun yang berhubungan dengan hal-hal yang saya kerjakan. Dan itu sangat mengganggu.
Agnostik? Banyak orang bertanya perihal ini kepada saya. Dan dengan bangga saya menjawab "iya". Entah kenapa dengan mencari saya merasa yakin jika nantinya saya akan lebih yakin daripada kalian ketika saya sudah mendapatkan Nya. Sangat yakin akan hal ini. Dan saya tidak ingin berdesepsi kepada siapapun untuk mencari reward dari apa yang saya lakukan. Tidak.
Oiya, satu hal yang saya tahu dan penting untuk kalian ingat. Paradoks dari tau segalanya ialah anda berarti tidak tahu segalanya. Semakin anda banyak tahu, semakin banyak juga yang anda tidak tahu. Ini mungkin analogi dari busur.
Desepsi? Ini lucu jika melakukannya, cuma badut yang pintar memperagakannya. Lagipula, memang itu penting untuk dilakukan?
Salam dari Birudalam, selamat malam.
Comments
Post a Comment