Full Day School ?
Digantinya Mendikbud kita yang tadinya Pak Anies Baswedan menjadi Pak Muhadjir Effendy berdampak besar kepada sistem pendidikan kita. Anjuran pertama yang digagas Pak Muhadjir Effendy untuk pendidikan kita ialah Full Day School. Anjuran agar siswa SD dan SMP di negeri ini ditambahkan waktu efektif sekolahnya menjadi sampai sore. Ini diartikan setiap siswa harus berada di sekolah sampai sore hari.
Mungkin menurut Bapak MenDikBud kita yang sekarang ini, menambahkan waktu siswa di sekolah ialah hal yang efektif untuk mencerdaskan bangsa, hahaha, pemikiran yang sangat amat kolot sekali. Menurut saya, ini adalah pemikiran yang sudah kuno dimana seorang siswa dipaksa harus berada di sekolah sampai sore.
Menurut pengalaman saya, berlama-lama di sekolah tidak akan menambahkan apapun di dalam otak kita kecuali kejenuhan. Mungkin Pak Muhadjir Effendy ini berkilah jika jam siang sampai sore akan digunakan untuk kelas-kelas yang membangun karakteristik. Menurut saya, ini sangat amat tidak masuk akal. Walaupun para siswa melakukan ekstra-kurikuler tapi di dalam psikologisnya, mereka akan terkekang karena mereka berada di sekolah.
Begini, berlama-lama di sekolah, berlama-lama dijejali pelajaran formal tidak membuat seorang siswa pintar dan cerdas, sangat amat tidak. Seorang siswa atau anak akan berkembang dan menemukan karakteristiknya atau jati dirinya di tempat dimana ia tumbuh dan bergaul alias lingkungan sekitar, tetapi bukan lingkungan sekolah. Sekali lagi, lingkungan sekolah hanya membuat psikologi seorang anak terkekang, dan saya sudah melakukan riset ini.
Dan riset yang telah saya lakukan terhadap teman-teman saya ialah, untuk mereka yang pintar dalam akademik hanya menghasilkan dirinya sebagai karyawan yang terus menerus di tekan oleh atasannya. Berbanding terbalik dengan teman-teman saya yang tidak terlalu pintar dalam akademik tetapi pintar di non-akademik, mereka telah menghasilkan berpuluh-puluh juta dalam setahun bahkan dalam sebulan. Karena apa? karena mereka berinovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru karena mereka sadar mereka tidak diterima di perkantoran dan juga mereka sadar mereka tidak mau terus-menerus ditekan oleh bos, yang seorang bos itu juga diinjak-injak oleh bosnya lagi.
Agak melebar ya pembahasan saya? oke kita persempit.
Menurut saya, baik buruknya pendidikan itu bukan dilihat dari seberapa lamanya siswa itu di sekolah, tetapi seberapa efisienkah sang guru mendeliver ilmu-ilmu itu kepada para muridnya. So, baik buruknya pendidikan itu bukan dilihat dari kuantitas, tetapi dari kualitas. Dan apakah anda tahu jika sistem pendidikan terbaik sedunia itu adalah sistem pendidikan di negara Finlandia yang para siswanya cuma dibebankan 2 jam sekolah setiap hari senin-jumat? hanya 2 jam? bukan dari pagi sampai sore, bahkan sistem pendidikan di negara Finlandia sana tidak memberikan PR untuk para siswanya. Dan itu terbukti efektif dengan penghargaan sistem pendidikan di Finlandia menjadi sistem pendidikan nomor 1 di dunia.
Dan ini pertanyaan terkritis saya untuk menanggapi hal ini, Apakah sang mendikbud kita yang sangat amat pintar sekarang ini yakin jika gagasan Full Day School ini akan berhasil membuat para adik-adik kita di SD dan SMP sana lebih pintar?
Bapak Muhadjir Effendy yang saya hormati (saya sangat senang jika bapak melihat tulisan saya ini), mungkin bapak harus merubah pola pikir bapak terlebih dahulu, lalu sehabis itu baru merubah pola sistem pendidikan di Indonesia. Itu menurut saya pola yang harus bapak lakukan. Maaf jika saya sedikit mengajari,
Comments
Post a Comment