Emosi dan Pendidikan
Gue sekarang baru tau kenapa tingkat konflik di negara ini sangat tinggi, bukannya ngejudge atau apa, tapi gue yakin ini ada hubungannya dengan standart pendidikan kita yang sangat rendah. menurut gue tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada pengendalian emosi orang itu sendiri. ini terbukti di diri gue, dulu gue SMP berfikir jika sesuatu yang salah jika bisa di selesaikan dengan cara adu otot itu akan berhasil dan akan tuntas, tapi nyatanya itu salah. semakin kesini, semakin bertambahnya umur gue dan semakin tinggi nya level pendidikan gue membuka mata dan wawasan gue jika kalau kita tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cara seperti itu (adu otot/berkelahi) karena gue semakin sadar jika gue orang berpendidikan, buat apa kita mencari ilmu banyak-banyak kalau kita tidak menyelesaikan suatu masalah kita dengan otak kita. beda halnya kalo gue gak pernah sekolah dan hanya di kursus-in tinju, mungkin cara menyelesaikan masalah yang benar menurut gue saat ini ya itu, berkelahi.
Tapi toh gue dan mungkin lo yang membaca hal ini punya tingkat pendidikan tinggi, misal S1 atau SMA atau mungkin malah S2, jika lo masih menyelesaikan masalah dengan berkelahi apa lo gak malu sama almamater yang lo pake. bukan almamater kampus mana yang lo pake tapi arti dari almamater itu sendiri, kalo lo pake suatu almamater berarti lo udah dewasa karena udah lulus SMA karena jika SMA gak mungkin kan lo pake almamater (mungkin jika lo bikin sama temen-temenlo tapi itu bisa disebut bukan almamater resmi, yang punya almamater itu hanya universitas/setara).
Balik ke permasalahan, tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat pengendalian emosi kita. so kalo kita nggak bisa mengendalikan emosi kita berarti tingkat pemahaman pendidikan kita rendah. lagipula gue rasa kalau kita marah-marah terus kita akan terlihat semakin tua, gue sebagai generasi menolak tua nggak pernah marah-marah karena gue nggak mau tua. intinya, jaga emosi lo supaya kelihatan sebagai orang yang berpendidikan :))
Comments
Post a Comment