Kering, tandus, api, asap. Semua tercamput tanpa arah jelas menghancurkan segalanya, menganalogikan amarah sang pencipta. Kebakaran hutan yang tak kunjung dapat tanggapan serius menjadi suatu keseriusan sendiri. Cibiran negara tetangga karena mendapatkan tamu yang sangat merugikan (asap) seharusnya menjadi tamparan besar, bukan hanya untuk government, tetapi untuk kita juga, para civil yang sudah seharusnya menjaga kestabilan rumah besar yang kita tinggi ini. Panas yang sudah ditahap anomali di beberapa kota di Indonesia seharusnya dijadikan semiotika jika kita harus melakukan sesuatu untuk bumi ini. Jangan berpikir langsung ke tahap yang masif, cukup peringati diri sendiri jika setidaknya kita harus memelihara ibu pertiwi kita ini dengar benar, minimal tifak membuang sampah sembarangan karena dari hal semacam itu, dampak yang akan dihasilkan besar sekali, percayalah. Doa saya sekarang ialah, kemarau cepatlah berakhir, dan Tuhan tolong batalkan strapMu.